Launching Party oleh Bonrodjo Records

 Sebuah narasi event musik.

Oleh Febriana.


Hari Minggu, 12 Maret 2023 bertempat di Lafolla Resto & Bar, Bonrodjo Records Official kembali menginisiasi sebuah gigs

Acara ini dimaksudkan untuk meluncurkan album terbaru dari dua band lintas genre; Frontline Soldiers dan Lamphor di bawah naungan Bonrodjo Records

Diawali dengan keresahan atas minimnya literasi dan dokumentasi terutama dalam dunia skena musik di Solo, Bonrodjo Records malam itu tidak hanya menampilkan gigs permusikan, namun juga bedah dua karya rilisan album dari dua band lintas genre sekaligus lintas skena.

Bonrodjo records yang merupakan sebuah records nirlaba, dengan semangat dari skena untuk skena, kiranya akan terus mendukung skena yang semakin bermunculan kembali di kota Solo.


Dalam bedah dua karya yang dipandu dengan luwes oleh kak Gusur ini, menampilkan frontman dari kedua musisi band yang albumnya baru saja dirilis, Wishnu dari Lamphor dan Bagas dari Frontline Soldiers


Dalam sedikit penjelasannya, disebutkan bahwa Frontline Soldier adalah sebuah band yang anggotanya kerap beraktifitas di kota Solo, memainkan musik Oi! Street Punk, dan merilis album pertamanya berjudul "Hated and Proud". Terbentuk pada sekitar tahun 2013 yang lalu, band ini kerap juga membawakan lagu-lagu bernuansa Oi! dari para pendahulunya diantaranya Cockney Rejects dan Vanilla Muffin dari Inggris. Disebutkan bahwa judul Hated and Proud dimaksudkan karena pada suatu kali tampil, mereka membawakan lagu suporter Persis Solo dan merasa ditolak. Namun hingga kini, karena hal itu, mereka justru terus menyemangati diri dan band lainnya untuk terus mengajak massanya yang kebanyakan adalah suporter Persis Solo, untuk sing along bersama-sama. Terlebih di dalam materi album ini, mereka menggunakan istilah mudah diingat dan diucapkan dalam lirik mereka.


Dengan genre dan skena serta massa yang jauh berbeda, satu band lainnya yang merilis album barunya adalah band Lamphor. Band ini telah terhitung lama mengalami masa hiatus. Digagas pada tahun 1992,  dengan kemunculan awal mereka di tahun 1993. Penampilan Lamphor di gigs ini adalah kemunculan pertama mereka kembali setelah lebih dari sepuluh tahun lamanya tak terdengar kabar beritanya. Dengan sebuah spirit yang menginspirasi dari Misfit sebagai salah satu influencer mereka, serta mengusung warna musik sado metal, Lamphor, sebuah band black metal dari kota Delanggu, Klaten, kembali hadir di tengah skena permusikan underground Solo Raya. Dengan album kedua mereka berjudul "Wani Tan Parowan", yang dirilis oleh Bonrodjo Records ini berisi materi lagu dari catatan-catatan buku puisi dari Wisnu, yang diakui sebagai kontemplasi pribadi sang frontman. Wani tan Parowan yang merupakan bahasa Kawi, dipilih sebagai judul album, yang kiranya berarti berani sendirian, tetapi tidak bisa sendirian. Pada intinya, saat itu sang frontman merasa harus tetap bergerak di jalur musik meski tanpa teman-teman anggota band Lamphor yang lainnya, namun tetap dibantu additional player dalam penggarapan album dan performnya.


Dengan didukung dua band lainnya; The Orak-Arik dan Obor Setan, gigs yang cukup fenomenal karena menampilkan band-band lintas skena ini, dimulai sekitar pukul 20:30. Dibuka dengan penampilan Obor Setan, sebuah band black metal dari Sukoharjo, yang membawa atmosfir malam itu menjadi lebih hangat, di bawah langit kota Bengawan yang cerah ceria.


Disusul oleh penampilan The Orak-Arik yang cukup terbilang selalu berhasil membuat massanya bernyanyi bersama, gigs malam itu terus menghangat disusul dengan penampilan Lamphor, kemudian gigs ditutup dengan Frontline Soldier, hingga sekitar pukul 22:30 malam itu.


Sebuah malam yang bersahabat dengan para pegiat musik di ranah skena musik yang terbilang underground. Gigs ini membuktikan bahwa lintas genre dan lintas skena, bukanlah penghalang untuk massa band musik underground kota ini saling menajamkan perbedaan. Malam hangat nan akrab itu adalah sebuah momen monumental bahwa gigs lintas genre dan skena bisa diinisiasi. Lintas genre ternyata hanya ada di stage. Bukankah dalam kehidupan nyata, lintas maklum adalah hal yang pada akhirnya kita semua rasakan dan jalani dengan harmonis. 


Sampai jumpa di gigs selanjutnya!


Credit photography by Lamphor




Komentar

Postingan populer dari blog ini

Persistance 2023; Pesta Perayaan dari Rakyat untuk Rakyat

Hit and Burn Records, Sebuah Label Rekaman Permusikan Arus Pinggir di Kota Solo

Perayaan Rutinan Berjudul Party Program #30